- Diposting oleh : Admin
- pada tanggal : Juli 31, 2025
SDN 1 Nadi - 8 Dimensi Profil Lulusan merupakan sebuah inisiatif unggulan dari Kemendikdasmen untuk membentuk lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga utuh secara karakter dan kompetensi. Profil ini menjadi fondasi arah pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, dirancang agar peserta didik tumbuh menjadi individu yang tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan, berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila, dan memiliki kemampuan abad ke-21.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merancang 8 Dimensi Profil Lulusan sebagai bagian dari upaya mewujudkan generasi Indonesia yang utuh unggul dalam karakter, cakap dalam kompetensi, dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Dalam Kurikulum Merdeka, 8 dimensi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dalam kerangka pembelajaran mendalam yang memadukan prinsip, praktik, serta pengalaman belajar yang bermakna dan kontekstual.
Pembelajaran
Mendalam
Pembelajaran Mendalam sebuah proses belajar yang tidak hanya berorientasi pada konten atau pengetahuan semata, tetapi menyentuh ranah sikap, nilai, dan kompetensi nyata. Ini sejalan dengan tujuan 8 Dimensi Profil Lulusan, yakni membentuk peserta didik utuh secara spiritual, intelektual, sosial, dan emosional.

8
Dimensi Profil Lulusan
Dimensi pertama yang sangat
fundamental adalah
Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME. Ini menjadi akar spiritual yang membentuk peserta didik agar memiliki keyakinan yang kokoh terhadap keberadaan Tuhan dan mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Nilai ini tidak hanya bersifat pribadi, tetapi menjadi sumber etika dan moral dalam setiap tindakan dan keputusan peserta didik, apapun latar belakang keyakinan mereka.
Kewargaan, sebagai dimensi kedua, membentuk peserta didik agar menjadi warga negara yang cinta tanah air, menghargai keberagaman, dan mampu berkontribusi aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai kebangsaan, kepedulian terhadap sesama, serta komitmen terhadap keberlanjutan sosial dan lingkungan menjadi aspek penting dalam membangun sikap kewargaan yang bertanggung jawab.
Penalaran Kritis adalah kemampuan yang
tidak kalah penting dalam era informasi dan digital seperti sekarang. Peserta
didik diarahkan agar mampu berpikir logis, objektif, analitis, dan reflektif
dalam mengevaluasi informasi dan menyelesaikan masalah. Dimensi ini mendukung
terciptanya generasi yang tidak mudah terprovokasi, mampu memilah informasi
hoaks, dan berani menyampaikan pendapat secara argumentatif.
Kreativitas sebagai dimensi keempat, memberi ruang bagi peserta didik untuk berpikir di luar kebiasaan (out of the box), menciptakan solusi yang orisinal, dan menyalurkan gagasan menjadi karya nyata yang bermanfaat. Dalam dimensi ini, pembelajaran diarahkan bukan hanya untuk menghafal, tetapi mengolah ide dan mewujudkan inovasi.
Kolaborasi menjadi kekuatan kelima yang tak boleh diabaikan. Dunia kerja dan kehidupan global menuntut kemampuan bekerja sama dalam tim, menghargai perbedaan pendapat, serta berkontribusi aktif dalam mencapai tujuan bersama. Dengan mengembangkan kolaborasi, peserta didik dilatih untuk mengedepankan gotong royong, empati, dan saling melengkapi.
Kemandirian, bertujuan membentuk peserta didik yang tangguh, tidak mudah menyerah, serta bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajarnya. Mereka diharapkan mampu mengambil inisiatif, memecahkan masalah sendiri, dan membuat keputusan tanpa selalu bergantung pada guru atau orang lain.
Kesehatan tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Peserta didik didorong untuk menerapkan pola hidup sehat, menjaga kebugaran tubuh, serta memiliki keseimbangan emosi agar dapat menjalani pembelajaran dan kehidupan dengan baik. Kesejahteraan lahir batin (well-being) menjadi tujuan penting dari dimensi ini.
Komunikasi, sebagai dimensi kedelapan,
mencakup kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide secara efektif dan
membangun relasi yang sehat. Hal ini meliputi komunikasi lisan, tulisan, dan
visual, baik secara individu maupun dalam kelompok. Komunikasi yang baik memungkinkan
terjadinya pembelajaran yang kolaboratif, pemecahan masalah bersama, dan
peningkatan kepercayaan diri.
Prinsip
Pembelajaran: Jiwa dari Proses Belajar
Untuk menciptakan pembelajaran
yang benar-benar berdampak dan menyentuh 8 dimensi profil lulusan, guru perlu
berpegang pada tiga prinsip utama yang menjadi fondasi desain
dan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip-prinsip ini tidak hanya bersifat teknis,
tetapi juga filosofis dan humanistik:
1. Berkesadaran
Pembelajaran yang berkesadaran
berarti bahwa peserta didik tahu "mengapa mereka belajar" dan
"untuk apa mereka belajar". Tujuan pembelajaran tidak hanya
disampaikan guru, tetapi benar-benar dipahami dan dimaknai oleh siswa. Dengan
kesadaran ini, motivasi belajar tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan
karena kewajiban atau tekanan luar.
Contoh konkret: siswa menyadari bahwa belajar menghitung bukan sekadar mengisi soal, tetapi agar bisa mengelola keuangan pribadi suatu hari nanti.
2. Bermakna
Pembelajaran bermakna adalah
ketika materi dan aktivitas terhubung dengan kehidupan nyata
siswa baik secara konteks lokal, budaya, maupun pengalaman mereka
sehari-hari. Pembelajaran tidak terasa mengambang atau abstrak, tapi membumi
dan relevan.
Contoh konkret: saat mempelajari ekosistem, siswa diminta mengamati kebun sekolah dan membuat solusi untuk menjaga keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
3. Menggembirakan
Proses belajar yang
menggembirakan akan menciptakan kelas yang penuh semangat, nyaman, dan
partisipatif. Kegembiraan tidak berarti bermain semata, tapi perasaan puas,
bangga, dan senang dalam mengeksplorasi pengetahuan.
Guru tidak perlu menjadi
"pelawak", tapi perlu menjadi "penyemangat belajar".
Suasana emosional yang positif mempercepat daya serap dan meningkatkan rasa
ingin tahu.

Lingkungan
Pembelajaran: Arah dan Ruang Gerak Pembelajaran Mendalam
Selain prinsip-prinsipnya, lingkungan
belajar juga harus dibentuk agar mendukung terjadinya pembelajaran
mendalam yang transformatif. Dalam kerangka Kurikulum Merdeka, pembelajaran
diarahkan melalui tiga tahapan utama yang saling menguatkan:
1. Memahami
Tahapan ini mengajak peserta
didik untuk aktif membangun pengetahuan dan makna melalui
berbagai aktivitas eksplorasi, investigasi, dan diskusi. Guru tidak lagi
menjadi satu-satunya sumber informasi, melainkan fasilitator yang mengarahkan
pertanyaan kritis dan aktivitas bermakna.
Contoh: siswa melakukan
wawancara dengan warga sekitar untuk memahami dampak perubahan iklim lokal.
2. Merefleksi
Refleksi adalah proses yang
sangat penting untuk membantu siswa menyadari pengalaman belajar, nilai
yang mereka peroleh, dan perkembangan diri mereka. Di tahap ini, siswa
diajak untuk mengajukan pertanyaan seperti:
Apa yang saya pelajari hari
ini?
Apa yang saya rasakan?
Apa yang akan saya lakukan
berbeda di masa depan?
Refleksi bisa dilakukan melalui
jurnal, diskusi kelompok, bahkan karya seni.
3. Mengaplikasi
Tahap terakhir adalah ketika
siswa diminta untuk mengimplementasikan nilai, pengetahuan, atau
keterampilan ke dalam konteks nyata—baik di sekolah, rumah, maupun
masyarakat.
Contoh: siswa membuat proyek sosial, menyusun kampanye kesehatan di lingkungan sekolah, atau mempresentasikan solusi terhadap masalah lingkungan sekitar.
Melalui penerapan 8 Dimensi Profil Lulusan ini,
Kemendikdasmen berharap seluruh peserta didik Indonesia tidak hanya memiliki
pengetahuan, tetapi juga keterampilan hidup, etika, dan karakter mulia. Dimensi
ini menjadi jembatan menuju generasi emas Indonesia 2045, yang unggul secara
global dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai bangsa.